Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

The blind man and the elephant

 Wawasan yang luas membuat kita bisa memandang dari sudut pandang "helicopter view", dari sudut pandang yang lebih luas, melihat secara keseluruhan, secara utuh, bukan hanya parsial. Saya akan mencoba memberikan suatu ilustrasi sederhana terkait hal ini, yaitu tentang "The blind man and the elephant"

Ada 6 orang buta (kita sebut dengan wawasan terbatas), memegang seekor gajah (kita anggap sebagai satu masalah besar) pada bagian tubuh yang berbeda (kita anggap sudut pandang yang berbeda). Karena keterbatasan pandangan (wawasan), akhirnya masing-masing membuat suatu kesimpulan yang juga terbatas, sebagai contoh :


Kata orang yang memegang belalai :

"Oh, gajah ini ternyata panjang seperti ular"


Kata orang yang memegang gading :

"Oh, gajah ini ternyata keras dan tajam seperti tombak"


Kata orang yang memegang kaki :

"Oh, gajah ini ternyata besar seperti pohon"


Kata orang yang memegang badan :

"Oh, gajah ini ternyata luas dan keras seperti tembok"


Kata orang yang memegang ekor :

"Oh, gajah ini ternyata panjang dan tipis seperti tali"


Kata orang yang memegang telinga :

"Oh, gajah ini ternyata luas dan tipis seperti karpet"


Akhirnya setiap orang memiliki interpretasi yang berbeda akan suatu objek yang sama. Padahal ketika mereka saling bertukar pikiran, atau mereka bertukar posisi, mencoba melihat dari sudut pandang yang berbeda, mencoba mempelajari hal yang berbeda, mereka akan dapat melihat secara keseluruhan atas suatu objek atau permasalahan yang sedang dihadapi


Itu juga berlaku pada kita. Seringkali karena keterbatasan wawasan, kita melihat suatu permasalahan dari sudut pandang yang sempit, tidak melihat dari sudut pandang yang lebih luas. Karena keterbatasan sudut pandang, akhirnya mudah menghukumi berbagai sesuatu dengan sudut pandang yang sempit juga

Posting Komentar untuk "The blind man and the elephant"